Senin, Desember 21, 2009

Foto Terbaru Keluarga Kecilku


Ibu dan Alfath

Sofwa dengan jilbab favorit

Tersenyum bersama :-)

Dede Alfath and Ceuceu Sofwa berpose

Ibu, Sofwa and Alfath


Klik di sini untuk melanjutkan..

Selasa, Desember 08, 2009

Posting Khusus Komentar Kelas XII IPS 2 MAN Tanggeung

Salam
Bagi siswa siswi Kelas XII IPS 2 MAN Tanggeung yang sudah menyelesaikan tugas akhir semester mata pelajaran TIK, yaitu membuat blog dengan 2 postingan mengenai profil diri dan pesan kesan selama semester I, harap memberi komentar di bawah postingan ini. Jangan lupa cantumkan nama dan alamat blog kalian! Klik di sini untuk melanjutkan..

Posting Khusus Komentar Kelas XII IPS 1 MAN Tanggeung

Salam
Bagi siswa siswi Kelas XII IPS 1 MAN Tanggeung yang sudah menyelesaikan tugas akhir semester mata pelajaran TIK, yaitu membuat blog dengan 2 postingan mengenai profil diri dan pesan kesan selama semester I, harap memberi komentar di bawah postingan ini. Jangan lupa cantumkan nama dan alamat blog kalian!
Klik di sini untuk melanjutkan..

Senin, Desember 07, 2009

Posting Khusus Komentar Kelas XII IPA MAN Tanggeung

Salam
Bagi siswa siswi Kelas XII IPA MAN Tanggeung yang sudah menyelesaikan tugas akhir semester mata pelajaran TIK, yaitu membuat blog dengan 2 postingan mengenai profil diri dan pesan kesan selama semester I, harap memberi komentar di bawah postingan ini. Jangan lupa cantumkan nama dan alamat blog kalian. Sukses ya..
Klik di sini untuk melanjutkan..

Sabtu, Oktober 24, 2009

Subhanallah! Bayi Rusia 9 Bulan 'Bertato' Al-Qur'an

Salam. Belum lama ini dunia dikejutkan dengan temuan adanya bayi sembilan bulan asal Dagestan, Rusia yang pada tubuhnya terdapat ayat-ayat Al-Qur'an. Bahkan Youtube sempat mengabadikan video mengenai bayi ajaib ini.Bayi tersebut bernama Ali Yakubov, terlahir dari ibu yang bernama Madina.
Bagi anda penasaran yang ingin melihat bagaimana sebenarnya tulisan yang ada pada kaki bayi ajaib tersebut, berikut adalah video cuplikan selengkapnya, dimana video berikut ini diperoleh dari situs berbagi video youtube.com



Klik di sini untuk melanjutkan..

Minggu, Agustus 23, 2009

Hakekat Puasa (2)

...
Ketika seseorang mulai berpuasa sebenar-benarnya, puasa semata karena Allâh, maka ia akan sampai pada derajat ketakwaan yang tiada lain adalah tujuan utama dari puasa itu sendiri. Merujuk pada ayat yang menjadi landasan pen-syariatannya (tasyrî’), kita melakukan ibadah puasa agar kita bertakwa. Kalimat terakhir dalam ayat tersebut berbunyi la’allakum tattaqûn (agar kalian bertakwa). Secara filologis, salah satu makna la’alla adalah “harapan” dan “semoga”. Penggunaan kata ini bisa dimaknai secara filosofis, yaitu Allâh menandaskan bahwa puasa seseorang itu ada yang menyampaikannya pada derajat ketakwaan tetapi ada pula yang hanya bernilai lapar dan haus belaka bagi pelakunya. Lantas puasa seperti apa yang bisa menyampaikan pelakunya pada ketakwaan?. Asep Salahudin dalam bukunya Ziarah Sufistik : Wacana Spiritualitas Kaum Santri, mengemukakan bahwa :

“ … dalam anatomi Ramadhân, tersimpul tiga buah proses pemadatan kebaikan : mengenali diri (ma’rifat an-nafs), mengenali orang lain (ma’rifat al-ghayr) dan pada gilirannya memuncak pada al-hikmah al-‘ulyâ (kearifan teragung), yakni mengenali Tuhan (ma’rifatullâh).

“Mengenal” disini tentu saja tidak mengandung arti yang harfiah, tapi lebih menunjuk kepada muatan makna ruhani yang meniscayakan adanya keterlibatan dimensi empati dan dedikasi yang tinggi bagi kemanusiaan dan ketuhanan. Mengenali diri bisa kita “baca” dari penaklukan jiwa atas nafsu dan marah dengan bersabar menahan haus dan lapar seharian selama sebulan …(Q.S. 39:10)

Mengenali orang lain diperoleh dengan cara kita mengeluarkan zakat fitrah (dan zakat mâl). Orang berpuasa akan memiliki kepekaan sosial yang lebih karena mereka melihat sendiri langsung merasakan bagaimana pahit getirnya menahan rasa lapar …

Mengenal Tuhan dilakukan lewat ritual komunikasi intensif dengan-Nya melalui medium i’tikâf (Q.S. 2:125,187), kefasihan ber-tadarrus (Q.S. 26:192-195, 2:97), kebeningan munajat (Q.S. 20:186, 55:55), kekhusyuan tarawih dan di penghujung bulan dengan bersama-sama menggemuruhkan gema pengagungan Zat-Nya (takbîr) dalam menyambut hari kemenangan dalam kondisi yang suci (‘îd al-fithr)”

Dengan melatih diri untuk membiasakan ketiga proses pengenalan inilah yang akan menghantarkan kita pada tujuan puasa sejatinya berupa tercapainya derajat ketakwaan. Puasa kita tidak hanya menahan syahwat jasmani semata, tetapi juga dengan mempuasakan seluruh indera kita dari perbuatan dosa, nista dan aniaya. Selanjutnya kita bersihkan diri kita dari berbagai ampas duniawi dan menempatkan Allâh sebagai satu-satunya fokus konsentrasi. Dr. Jalaluddin Rakhmat, M.Sc mengatakan bahwa :


“ … Orang yang menikmati puasanya hanyalah orang yang melakukan puasa karena keimanan dan karena memenuhi kehendak Ilahi –îmânan wa-ihtisâban. Inilah puasa yang difirmankan Tuhan: Puasa hanyalah untuk Aku dan Aku sendiri yang akan memberikan pahalanya. Puasa yang dilakukan bukan untuk Tuhan adalah puasa tanpa jiwa, surat bîjân nabâsyad juz khayâl. Bentuk tanpa jiwa hanyalah khayalan hampa”

Semoga Allah senantiasa menganugerahkan hidayah-Nya kepada kita untuk tetap berjalan menuju keridhaan-Nya. Kita jadikan momen Ramadhan kali ini sebagai media peningkatan kualitas fisik, psikis dan sosial, sembari kita mulai berusaha untuk melakukan ketiga proses pengenalan di atas. Mudah-mudahan usaha ini bisa memotivasi kita untuk menjadi pribadi yang bertakwa, sesuai dengan hakekat dari tujuan puasa itu sendiri (2:183). Dan pada akhirnya akan mengantarkan kita menjadi semulia-mulianya makhluk di sisi-Nya (49:13). Âmîn Yâ Robb al-‘Âlamîn.
Klik di sini untuk melanjutkan..

Sabtu, Agustus 22, 2009

Hakekat Puasa (1)

Setelah selama satu tahun menanti, akhirnya kita bertemu lagi dengan Ramadhân yang mulia, saat kaum Muslimîn diwajibkan untuk mengerjakan salah satu rukun Islâm, yaitu puasa Ramadhân (shiyâmu Ramadhân). Secara etimologis, shawm berarti “menahan” (imsâk). Sedangkan secara terminologis, salah seorang ulama fiqih kontemporer, Dr. Yûsuf Qardhawi memberikan batasan bahwa “puasa secara syar’i adalah menahan dan mencegah kemauan dari makan, minum, bersetubuh dengan isteri, dan yang semisalnya sehari penuh, dari terbitnya fajar siddiq (waktu subuh) hingga terbenamnya matahari (waktu maghrib), dengan niat tunduk dan mendekatkan diri kepada Allâh swt.”
Puasa adalah ibadah yang tidak saja disyariatkan kepada kita sebagai umat Nabi Muhammad saw, tetapi juga telah disyariatkan kepada umat-umat terdahulu (Q.S. 2:183). Dalam terminologi ushûl fiqh, selain haji, ibadah ini termasuk ke dalam lingkup ibadah syar’u man qablanâ. Artinya bahwa puasa adalah ibadah yang sudah “tua” dan mempunyai sejarah yang panjang. Sehingga kita sering mendengar bahwa Nabi Idrîs as adalah seorang praktisi shawm ad-dahr (puasa sepanjang tahun), bahkan seutama-utama puasa yang dianjurkan oleh Nabi kita berasal dari rutinitas Nabi Dâwûd as yang berpuasa selang sehari. Begitu mengakarnya ibadah ini dalam sejarah orang-orang suci terdahulu.
Puasa juga merupakan media untuk meningkatkan kesehatan fisik, psikis dan sosial. Ditinjau dari perspektif fisik, telah banyak ahli medis yang menyatakan bahwa puasa dapat meningkatkan kualitas kesehatan seseorang. Antara lain puasa dapat mencegah arteriosclerosis (penebalan pembuluh darah)dan menurunkan tingkat kematian akibat jantung. Selain itu, puasa dapat juga menjadi terapi alternatif bagi mereka yang mempunyai masalah dengan pencernaan. Dan masih banyak pengaruh positif puasa lainnya terhadap kesehatan fisik seseorang. Secara psikologis, puasa memiliki efek yang signifikan dalam kepribadian seseorang. Puasa merupakan ibadah yang menjanjikan sebuah proses pengendalian nafsu (mujâhadat an-nafs) dan juga peningkatan derajat spiritual seseorang di sisi Allâh swt. Selain itu, puasa juga memberikan efek sosiologis yang menawarkan sebuah tatanan masyarakat yang penuh ketenangan dan kedamaian. Ketika seseorang berpuasa, maka ia harus berupaya menyempurnakan ibadah puasanya dengan tidak membicarakan kejelekan orang lain, mengadu domba orang, berprasangka buruk terhadap orang lain dan perilaku lainnya yang dalam skala tertentu dapat memicu terjadinya konflik sosial. Dalam berpuasa, seseorang dituntut untuk berfokus diri dalam menggapai keridhaan Ilâhi. Karena puasa bukan hanya menahan lapar dan dahaga semata, namun yang utama dari keduanya adalah mengendalikan hawa nafsu dan mengekang diri dari berbuat aniaya baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain.
Secara filosofis, puasa dimaknai sebagai tahapan jiwa seseorang yang mulai merangkak meninggalkan kepuasan materi semata menuju kepuasan immateri. Biasanya, kita merasa puas memakan sesuatu, apabila sudah kenyang atau menunya sesuai dengan selera kita. Namun dalam puasa, persepsi kita ini dialihkan kepada mekanisme ketuhanan (ilâhiyyah) . … Dialah yang memberi makan, tetapi tidak diberi makan (Q.S. 6: 14). Dalam puasa, kita berusaha memberikan makanan kepada orang lain, karena dalam puasa kita belajar menghadirkan perasaan orang lain. Bagaimana perasaan mereka yang terpaksa mencari sesuap nasi diantara tumpukan sampah?. Dalam puasalah, kita berusaha merasakan kepedihan mereka itu dengan menyisihkan kenyang kita. Itulah konsekuensi dari keimanan yang sempurna, sebagaimana yang ditandaskan Rasûlullâh saw : “Tidak termasuk orang yang beriman seseorang yang dirinya merasa kenyang sementara tetangga sebelahnya kelaparan” (HR. Muslim). Kepuasan immateri inilah yang akan kita raih yaitu kepuasan dalam berempati terhadap orang lain yang akan menaikkan derajat ruhani kita di sisi-Nya. Rasûlullâh saw pernah bersabda bahwa Allâh swt. akan menolong hamba-Nya, selama ia berada dalam keadaan menolong saudaranya. ...(Bersambung)
Klik di sini untuk melanjutkan..

Selasa, Agustus 18, 2009

Menyambut Ramadhan bersama Aa Gym



Alhamdulillah, pada hari Minggu yang lalu tepatnya tanggal 16 Agustus 2009, kampung kami mendapat kehormatan untuk bisa menyambut Ramadhan dengan mengundang salah satu ulama terbaik negeri ini. Beliau adalah K.H. Abdullah Gymnastiar atau yang lebih populer dengan Aa Gym. Berikut ini adalah cuplikan foto-fotonya:
Klik di sini untuk melanjutkan..

Selasa, Agustus 11, 2009

Mencoba Menjalani Takdir

Apa kabar semuanya? Sudah lama sekali sebenarnya blog ini saya buat. Dulu alamatnya amsizawjane.blogspot.com. Udah hampir setahun blog ini ditelantarkan. Akhirnya saya ubah namanya seminggu lalu dengan http://pakamsi.blogspot.com. Perubahan nama ini terkait perubahan 'takdir' juga. :-) Ada apa dengan takdir? Mulai Juli kemarin, untuk pertama kalinya saya mulai mengajar anak-anak sesuatu yang sangat baru. Saya mengajar TIK di Madrasah tempat saya kerja. Mata pelajaran yang sangat jauh dengan latar belakang saya sebagai guru bahasa. Tapi nggak ada salahnya mencoba, kalau ini yang terbaik dariNya..
Kepada murid-muridku tercinta, mohon maaf bila saya tidak bisa mengajarkan materi ini dengan baik, harap maklum :-) Nuhun
Klik di sini untuk melanjutkan..